Ban pada kendaraan mempunyai fungsi yang tak kalah penting dari mesin. Justru ban bisa dibilang menerima tugas yang paling berat, karena walaupun kendaraan dalam keadaan diam tidak beroperasi , ban tetap harus melaksanakan tugas sebagai penyangga kendaraan . Komponen yang menempati urutan kedua setelah bahan bakar dalam biaya operasional kendaraan truk ini wajib diperhatikan.
Dalam merawat ban ada beberapa fakta dan mitos yang tersebar. Hindari kekeliruan penanganan ban agar perjalanan Anda selamat sampai tujuan. Berikut ini, TruckMagz rangkum beberapa mitos tentang ban kendaraan.
Pertama, ban dipompa terlalu tinggi sehingga meledak di tengah perjalanan. “Ini adalah mitos. Faktanya kebanyakan kasus ban yang meledak di jalan adalah ban yang kekurangan tekanan udara. Ban yang sampai meledak saat beroperasi, biasanya terlepas dari pengamatan / jarang diperiksa oleh pengemudi, tidak dirawat atau kendaraannya jarang digunakan . Ban yang jarang diperiksa, cenderung tekanan udaranya turun, bukan malah naik. Pada kendaraan jenis truk idealnya tekanan angin diperiksa setiap hari sebelum beroperasi, dalam keadaan dingin. Pada kendaraan jenis passenger car disarankan untuk diperiksa seminggu sekali,” jelas Tire & Rim Consultant dan Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Bambang Widjanarko.
Kedua, saat mengganti ban, benarkah sepasang ban yang lebih baik atau baru dipasang di depan atau ban posis stir, sedangkan ban lama dipasang di belakang. “Ini adalah mitos, Ketika mengganti ban dengan keterbatasan budget, disarankan untuk mengganti ban mengikuti jenis penggerak roda kendaraan tersebut. Jika kendaraan tersebut berpenggerak roda depan, maka sebaiknya yang diganti adalah ban depan dulu. Sedangkan jika kendaraan berpenggerak roda belakang, maka sebaiknya yang diganti dulu adalah ban pada posisi belakang,” jawab Bambang.
Bambang melanjutkan, “Jika ban depan yang gundul, maka kendaraan berpotensi mengalami understeer, yaitu keadaan dimana kemudi tidak dapat memerintahkan ban depan yang mengalami slip untuk berbelok mengikuti arah yang diinginkan pengemudi. Sebaliknya jika ban belakang yang gundul, maka kendaraan berpotensi mengalami oversteer, yaitu keadaan dimana arah ban belakang yang slip tidak bisa dikontrol untuk mengikuti kemauan pengemudi. Idealnya ya diganti secara bersamaan ban depan maupun ban belakang,” katanya.
Ketiga, tidak boleh mencampur oksigen dan nitrogen dalam satu ban, karena ban menjadi tidak stabil dan bisa meledak. “Ini juga mitos. Udara bebas yang kita hirup ini didalamnya sudah terkandung 78% Nitrogen, 21% Oksigen, dan 1% lainnya terdiri dari gas-gas seperti argon, karbondioksida, helium, hidrogen, ozon dan xenon,” katanya.
“Dalam hal ini, boleh saja mencampurkan antara nitrogen murni dengan udara bebas yang kita hirup, tidak ada resiko ban meledak. Yang perlu diperhatikan adalah manfaat nitrogen murninya jadi hilang, tapi ban tidak akan meledak. Sifat nitrogen murni lebih dingin, temperatur lebih stabil, tidak mudah menyebabkan korosi dan pelapukan karena proses oksidasi ( pelapukan ). Oksidasi hanya mungkin terjadi dengan bantuan oksigen. Sebaiknya jika sampai berniat menambah tekanan udara ban ke bengkel terdekat yang menyediakan nitrogen murni, hendaknya udara dalam ban segera dikuras dan diganti lagi dengan nitrogen murni,” pesan Bambang.
Editor: Sigit Foto: truckmagz