Logistik merupakan istilah yang digunakan secara luas untuk menggambarkan kegiatan transportasi, penyimpanan, serta distribusi barang dari bahan baku sampai produk jadi dari hulu sampai hilir di sepanjang rantai pasokan. Inti dari aktivitas logistik adalah transportasi dan pergudangan.
Dalam hal ini transportasi barang turut berkontribusi terhadap penurunan kualitas lingkungan karena emisi karbon yang dihasilkannya menjadi salah satu penyumbang pencemaran udara, yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon. Contoh dari emisi karbon ialah CO2, gas pembuangan dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG, dan bahan bakar lainnya yang mengandung hidrokarbon.
Dalam beberapa dekade, perhatian pemimpin bisnis tidak hanya profitabilitas atau pengelolaan bisnis yang semata untuk mendapatkan profit. Para pemimpin bisnis mulai memerhatikan aspek lingkungan dan sosial bersanding dengan keuntungan. Perusahaan di seluruh dunia didorong untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Emisi karbon dapat menyebabkan dampak besar seperti perubahan iklim yang tak menentu yang dapat mengakibatkan banjir, kelaparan, hingga ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, jika dibiarkan terus menerus, emisi karbon juga bisa mengakibatkan suhu udara meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup yang ada di Bumi, sehingga penting untuk mencegah emisi karbon yang berlebihan untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik.
Bagi operator transportasi, menjadi penting untuk mengetahui, berapa emisi karbon yang dihasilkan, dan bagaimana menguranginya? Selain itu, pentingnya menghitung emisi adalah untuk memberikan informasi kepada pelanggan. Berapa emisi karbon total, dan kemudian menggunakan metode yang tepat untuk mengalokasikan emisi tersebut kepada setiap pelanggan secara adil.
Gas Rumah Kaca (GRK) dapat diukur dengan mencatat emisi pada sumbernya. Dengan pemantauan emisi berkelanjutan. Atau, dengan memperkirakan jumlah yang dipancarkan. Dengan mengalikan data aktivitas (seperti jumlah bahan bakar yang digunakan) dengan faktor konversi emisi yang relevan.
Faktor konversi ini memungkinkan data aktivitas (misalnya liter bahan bakar yang digunakan, jumlah kilometer yang ditempuh, ton barang yang diangkut, atau ton sampah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir) diubah menjadi kilogram setara karbon dioksida (CO2e). CO2e adalah unit pengukuran universal yang memungkinkan perbandingan potensi pemanasan global dari berbagai GRK.
Nilai untuk metana (CH4) dan nitrous oxide (N2O) disajikan sebagai setara karbon dioksida (CO2e) menggunakan faktor potensi pemanasan global atau Global Warming Potential (GWP). GWP merupakan ukuran untuk membandingkan potensi GRK dalam memanaskan bumi pada periode tertentu, dan disetarakan dengan nilai potensi gas CO2. Konsisten dengan pelaporan di bawah Protokol Kyoto dan laporan penilaian kedua dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC).
Bagaimana Menggunakannya
Contoh berikut mengilustrasikan cara menghitung kgCO2e:
Jika perusahaan tidak memiliki rincian bahan bakar yang dikonsumsi maka dapat digunakan rumus berikut berdasarkan faktor emisi DEFRA:
Tabel berikut memberikan perhitungan untuk emisi berdasarkan jarak yang ditempuh dalam mil, kilometer, dan ton kilometer. Didasarkan pada rata-rata maksimum muatan kendaraan.
Referensi:
Oleh:
Zaroni. Kontributor Ahli
Editor: Antonius Ilustrasi: Dok. TruckMagz