Seberapa berbahayakah aquaplaning (hydroplaning) bagi yang mengalaminya saat sedang berkendara? Apakah yang menjadi penyebab terjadinya aquaplaning? Bagaimana cara menghindari terjadinya aquaplaning? Risiko apa saja yang dapat terjadi pada kendaraan yang mengalami aquaplaning?
Sebagian orang menganggap turunnya hujan sebagai berkah, namun bagi sebagian lain menganggapnya sebagai momok. Namun yang pasti, berkendara di bawah guyuran hujan menuntut perhatian dan konsentrasi lebih, daripada berkendara pada saat cuaca cerah. Karena selain permukaan jalan berubah menjadi licin, jarak pandang dari ruang kemudi pun terhalang oleh tirai air dan tidak sejernih seperti dalam keadaan cuaca cerah, rambu-rambu dan lampu-lampu penerang jalan sering terkabur, kadangkala hujan yang turun juga disertai hempasan angin kencang dan biasanya semua pengguna jalan juga sering lebih tergesa-gesa mengemudikan kendaraannya agar segera sampai di tempat tujuan saat hujan.
Keadaan bisa lebih diperparah lagi jika sistem drainase jalannya buruk, sehingga membuat air hujan mengendap tergenang menutupi jalan, tidak dapat terbuang dengan cepat. Hal ini tentunya menciptakan kesulitan tersendiri bagi para pengemudi kendaraan dalam mencari tempat yang paling aman untuk menapak kendaraannya. Polisi tidur, lubang, selokan, batu, patok otomatis tidak dapat terlihat lagi oleh pengemudi jika jalanan sudah tergenang air. Di luar kota, bahkan tak jarang amat sulit untuk membedakan mana jalan dan mana sawah, saat semua sudah tergenang air.
Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan aquaplaning? Aquaplaning atau yang sering disebut juga dengan hydroplaning, tidak ada urusannya samasekali dengan pabrik air minum dalam kemasan atau dengan dinas pengairan/irigasi.
Bayangkan saja, jika ban kendaraan yang sedang anda kemudikan, tiba-tiba berulah seolah mencari jalannya sendiri tanpa bisa dikendalikan dengan kemudi.
Sebagai manusia normal, tentu saja banyak pengemudi yang merasa kaget dan panik, jika mengalami situasi seperti ini.
Mengapa bisa terjadi aquaplaning?
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya aquaplaning.
Kendaraan dipacu terlalu kencang pada permukaan jalan basah atau tergenang air. Akibat kendaraan yang dipacu terlalu kencang, maka ban akan memberikan dorongan terhadap genangan air dan secara otomatis genangan air pun akan memberikan gaya dorong/tolak terhadap ban yang sama besarnya dengan yang diberikan oleh ban itu terhadap genangan air (Hukum Newton 3).
Rasanya seolah kendaraan yang sedang melaju cepat, tiba-tiba dihambat dengan jaring dan terasa di kemudi seolah ada yang menghempaskan arah ban secara tak beraturan. Atau kendaraan seolah sedang berselancar di atas air.
Bobot kendaraan menjadi ringan secara tiba-tiba. Hal ini juga disebabkan karena kendaraan dipacu terlalu cepat saat melintas di atas genangan air. Sifat air hampir sama dengan sifat udara pada prinsip aerodinamika. Itulah sebabnya juga, maka pesawat dengan bobot ratusan ton dan desain sayap sedemikian rupa bisa terangkat dengan media udara sebagai antigravitasi saja, jika mencapai kecepatan tertentu.
Sisa kedalaman pola telapak ban yang sudah terlalu tipis. Pada kendaraan yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari, perlu menggunakan ban dengan telapak yang memiliki alur/pola. Karena fungsi dari alur/pola telapak pada ban antara lain adalah untuk memberikan daya cengkeram terhadap permukaan jalan dan menyibak genangan air. Jika sisa kedalaman telapak sebuah ban sudah menyentuh tanda TWI (Tread Wear Indicator = batas pemakaian sebuah ban), maka seyogianya sudah saatnya pula ban tersebut diganti dengan yang baru.
Ada beberapa ban yang memang tidak didesain untuk medan jalan basah, walaupun ban tersebut memiliki alur/pola telapak. Artinya ban tersebut tidak mempunyai kemampuan menyibak dan memompa genangan air secara cepat dengan volume besar dalam waktu sepersekian detik saja. Sedangkan mobil balap Formula 1 pun akan mengganti ban slick (botak) dengan ban basah yang memiliki alur/pola telapak, jika cuaca tiba-tiba berubah menjadi hujan di saat balapan sedang berlangsung. Bahkan tak jarang pula direktur balapan membatalkan balapan, jika genangan air yang terjadi di lintasan balap dianggap terlalu menghalangi daya cengkeram ban yang berpotensi membahayakan jalannya balapan.
Tekanan udara dalam ban yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah mengakibatkan berkurangnya daya cengkeram ban terhadap permukaan jalan. Karena bagian telapak yang bersentuhan dengan permukaan jalan terhadap permukaan jalan menjadi tidak maksimal.
Dalam atau dangkalnya genangan air sangat menentukan seberapa parahnya kondisi aquaplaning yang dialami oleh pengemudi kendaraan. Semakin dalam genangan air yang terjadi, semakin sulit pula bagi pengemudi untuk dapat mengendalikan kendaraannya secara baik saat melintasinya.
Untuk menghindari atau mengurangi risiko terjadinya aquaplaning, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Kurangi kecepatan kendaraan Anda ketika harus melintasi genangan air, untuk memberi kesempatan pada ban supaya dapat menjalankan tiga fase kinerjanya sekaligus dalam waktu sepersekian detik dalam rangka menghindari atau mengurangi risiko terjadinya aquaplaning. Fase pertama dari kinerja ban tersebut adalah memecah genangan air, fase kedua adalah memompa air ke sisi luar dari jejak telapak dan fase ketiga adalah berusaha untuk mendapatkan daya cengkeram pada permukaan jalan. Itulah luar biasa sempurnanya teknologi ban masa kini.Bagaimana pun juga dalam berkendara di bawah guyuran hujan atau di atas genangan air mempunyai risiko tergelincir sangat besar.
Selain itu, jika kendaraan dipacu terlalu kencang saat melintasi genangan air, maka akan timbul risiko lain yang tidak kalah besar permasalahannya, yaitu kendaraan akan mengalami water hammer.
Ketika ada cipratan air yang terlalu tinggi dan sempat masuk ke ruang filter udara, lalu air masuk ke uang bakar, maka akan berakibat kompresi salah satu silindernya terlalu tinggi dan salah satu piston-nya tidak kuat naik, padahal piston yang tidak kuat naik tadi terdorong oleh tekanan piston yang lain, akhirnya stang sekernya bengkok dan mengakibatkan crankshaft putus, maka timing gear/timing belt kendaraan akan putus pula. Saat itu secara tiba-tiba kendaraan akan mati total, seperti manusia terkena serangan jantung. Kondisi inilah yang biasa disebut dengan mesin klok dan harus dilakukan perbaikan turun mesin yang biayanya cukup mahal dan memakan waktu. Periksalah kondisi keausan telapak dan tekanan udara dalam ban Anda secara berkala. Tekanan udara yang pas membuat penjabaran telapak ban terhadap permukaan jalan menjadi maksimal. Gantilah ban Anda, jika kedalaman alur telapak sudah menyentuh batas TWI. Gunakan ban dengan alur/pola telapak yang sesuai untuk medan jalan basah. Saat ini banyak tersedia berbagai macam pilihan pola telapak ban di toko-toko ban, Anda cukup mengkonsultasikan dengan tire advisor/consultant, karakter ban seperti apa yang sedang Anda butuhkan.
Jangan menginjak pedal rem secara mendadak, jika tiba-tiba Anda dikejutkan oleh munculnya genangan air di depan Anda. Karena kendaraan akan mudah tergelincir/terpelanting, saat telapak bannya tidak dapat menapak dengan sempurna di atas permukaan jalan. Lepaskan pedal gas secara perlahan, sampai telapak ban dapat menapak dengan sempurna lagi di atas permukaan jalan.
Berkendara di bawah guyuran hujan, di atas lintasan basah, memang cukup problematis dan kompleks. Kita dituntut untuk lebih awas, siaga, konsentrasi, kontrol emosi dan menguasai teknik defensive driving. Namun seringnya keadaan menuntut kita untuk tetap menjalankan pekerjaan dalam cuaca apa pun. Dalam situasi seperti itu, kita sebagai manusia hanya bisa berdoa untuk keselamatan diri kita sendiri, orang yang sedang berkendara bersama kita dan pengguna jalan lain.
Editor : Sigit