Pada Seminar Nasional Sadar Lalu Lintas Usia Dini (SALUD) yang diselenggarakan Badan Pengembangan SDM Perhubungan dalam rangka memperingati Dies Natalis Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) ke-51, Kamis (19/5), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat yang memiliki perhatian terhadap isu keselamatan jalan untuk memanfaatkan usia emas anak untuk memberi pendidikan tentang bagaimana berlalu lintas yang baik dan berkeselamatan.
“Pendidikan sadar berlalu lintas sejak usia dini penting untuk dilakukan sebagai landasan pembangunan karakter manusia yang berkeselamatan dalam bertransportasi. Diharapkan, anak-anak dapat memahami apa arti berlalu lintas yang baik dan memberikan contoh kepada orang-orang terdekatnya bahkan ke orang yang lebih dewasa. Pendidikan SALUD memanfaatkan masa emas anak-anak dengan harapan dapat memberikan pengalaman yang membekas di hatinya dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Menhub Budi juga mengajak pemangku kepentingan terkait seperti: Kemendikbud Ristek, Kepolisian, pemerintah daerah, akademisi, dan pemerhati anak untuk berkolaborasi meningkatkan metode pendidikan SALUD dengan format yang menarik. “Kita sudah buat aturan tetapi kadang sulit diterima masyarakat. Tetapi pada masa mudik lalu kami bersama Korlantas Polri terbukti bisa melakukan edukasi dan masyarakat mau mengikuti anjuran pemerintah. Artinya, kolaborasi harus terus dilakukan karena tidak mungkin satu sektor bisa menyelesaikannya sendiri,” kata Menhub Budi.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan bahwa di Indonesia setiap satu jam itu dua orang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Data ini saya dapatkan dari Korlantas Polri. Bahwa data kecelakaan di Indonesia pada tahun lalu yaitu 103.645 kejadian kecelakaan lalu lintas dengan 25.266 korban meninggal, 10.553 korban luka berat dan 117.913 korban luka ringan. “Jadi sekali lagi kita semua harus prihatin. Betapa besar data kecelakaan lalu lintas dan korban kecelakaan lalu lintas. Ini yang melatar belakangi kami untuk bagaimana cara menekan angka tersebut. Salah satunya, edukasi pendidikan sejak usia dini,” jelas Dirjen Budi.
“Profil korban kecelakaan paling banyak pada usia produktif yakni usia 20-49 tahun. Kami berharap agar kedepan tidak hanya pemerintah saja yang meningkatkan aspek keselamatan tapi juga perlu peran serta masyarakat,” pesannya.“Jika melihat faktor penyebab kecelakaan adalah kelalaian. Tapi kelalaian ini tidak berdiri sendiri. Ada kaitan dengan budaya yang melakat pada diri kita. Semua ini perlu kembali pada kebiasaan kita, jika kebiasaan baik itu kita tanamkan dari kecil, tentu kelalain itu semakin lama akan semakin berkurang. Apapun yang kami evaluasi dari kecelakaan, kembali pada budaya kita yang harus dibenahi. Terkait juga dengan revolusi mental. Cara berlalu lintas harus dibenahi. Salah satunya menggunakan SALUD ini,” tegas Dirjen Budi.
Editor : Sigit
Foto : truckmagz