• Truckmagz

Sustainable Transportation, Peluang dan Tantangan di Indonesia

05 / 02 / 2022 - in Berita
Sustainable Transportation, Peluang dan Tantangan di Indonesia

Kata sustainable populer dikaitkan dengan banyak hal, misalkan sustainable manufacturing, sustainable marketing, hingga sustainable finance, dan tak terkecuali di bidang transportasi, yang dikenal dengan sustainable transportation. Demikian yang disampaikan Bilal Ahmadi, Dosen Manajemen Logistik Politeknik APP Jakarta pada Kulgram Truckmagz, Jumat(4/2).

“Konsep sustainability, atau keberlanjutan, menitikberatkan pada konsep triple bottom line yakni people, planet dan profit. Bahwa dalam setiap aktivitas manusia, terkhusus di bidang bisnis, tidak boleh berorientasi hanya pada keuntungan profit, namun juga mempertimbangkan aspek sosial people dan lingkungan planet. Hal ini untuk menjaga keberlangsungan kegiatan bisnis itu sendiri hingga ke generasi-generasi yang akan datang. ” katanya.

Sektor transportasi global termasuk salah satu polutan lingkungan terbesar, dimana pada tahun 2020 menyumbang sekitar 7,3 Milyar metrik ton emisi CO2. Dari angka tersebut, mobil penumpang menduduki peringkat pertama dengan berkontribusi sekitar 41%.

“Meskipun truk medium dan heavy trucks secara jumlah kalah jauh dibandingkan mobil penumpang, namun memiliki sumbangsih cukup besar di peringkat kedua yakni sebesar 22%. Hal ini menunjukkan signifikansi efek industri transportasi, khususnya segmen trucking, terkait keberlanjutan khususnya dilihat dari aspek emisi CO2. Sederet peluang dan tantangan, baik bersifat global maupun lokal, menghiasi upaya implementasi prinsip berkelanjutan di sektor transportasi,” tambahnya.

“Beberapa peluang diantaranya: munculnya inovasi Alternative Fuel Vehicles (AFVs), yakni kendaraan yang ditenagai dengan sumber energi berkelanjutan misalkan listrik, hidrogen dan renewable natural gas; perkembangan teknologi otomasi/alat telematika dan Internet of Things (IOT) yang memungkinkan manajemen memantau kondisi truk secara real-time sehingga solusi

dapat segera diambil jika terdapat permasalahan 3; dan kebijakan/regulasi pemerintah, di Indonesia misalkan penerapan bahan bakar B30 dan standar Euro 4 bagi truk baru.” lanjut Bilal.

Menurut Bilal, peluang yang paling mudah implementasinya adalah IoT. “Penggunaan teknologi berbasis IoT masih sangat bisa dieksploitasi untuk keperluan visibility dan efisiensi, dan tidak perlu investasi semahal EV,” terangnya.

Lingkungan bisnis semakin kompetitif dimana keunggulan operasional dan efisiensi biaya menjadi lebih penting dari sebelumnya. Penghematan konsumsi bahan bakar dengan beragam cara. Misalnya penggunaan aplikasi penentuan rute transportasi, driver behaviour ketika mengemudi, penerapan maintenance yang tepat dan juga merupakan bagian dari implementasi aspek keberlanjutan.

Bilal menjelaskan tantangan transportasi berkelanjutan bisa dalam bentuk: kompleksitas manajerial, misalkan belum ada strategi terkait implementasi aspek keberlanjutan dalam proses bisnis perusahaan; hambatan modal investasi teknologi ramah lingkungan; dan ketidakpastian yang melingkupi teknologi baru pada produk truk seperti performa dan ketersediaan infrastruktur penunjang.

Editor : Sigit



Sponsors