Ada berbagai macam tindakan tidak benar atau yang disebut human error atau HE terkait human factor (HF), antara lain slip, lapse, dan mistake. Demikian kalimat pembukan Renan Hafsar, Investigator Keselamatan Pelayaran Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada diskusi di grup telegram Truckmagz.
"Tindakan violation dilakukan secara sengaja dan rutin. Jadi dari niat sudah salah, dan bukan sekali-dua kali. Violation biasanya berujung pada pidana. Saya yakin tidak ada di antara kita yang menginginkan bertemu dengan salah satu dari slip, lapse, mistake, atau violation," katanya.
"Namun bagaimana jika sudah mitigasi sebaik mungkin, kok masih saja muncul HF? Bagaimana cara mengatasinya?. Tenang. jangan panik dulu. Kalau panik, akan sulit berpikir logis. Makanya penjahat itu suka memainkan psikologis supaya emosi didahulukan daripada logika," imbuh Renan.
Pembahasan mendalam mengenai strategi manajemen HF. "Bagaimana agar ketika HF muncul, pengemudi dan awak kemudi sekalian bisa mitigasi dengan langkah yang paling tepat dan paling logis?. Mitigasi jangan disalahartikan hanya tindakan sebelum terjadinya peristiwa. Mitigasi ruang lingkupnya mulai dari sebelum, ketika, dan setelah kejadian. Deteksi eror dengan mitigasi melalui identifikasi sedini mungkin ketika timbul HF. Identifikasi harus dilakukan secepat dan sedini mungkin. Bukan dalam hitungan jam, apalagi hari. Deteksi bisa dilakukan secara manual, otomatis, atau gabungan keduanya," terangnya.
Renan melanjutkan, "Cara manual dan yang cara paling familiar adalah dengan mempekerjakan kenek atau kondektur. Ketika pengemudi terlihat melakukan tindakan tidak benar, rekannya langsung tegur. Dalam hal ini jadi masalah, Ditegur malah marah. Berdalih sudah puluhan tahun nyetir. Ingat, jumawa dan kehati-hatian tidak akan bisa bertemu karena sikap diri akan saling bertolak belakang. Cara otomatis dengan sensor atau detektor. Contoh sehari-hari, jika seat belt tidak dikait benar sampai bunyi klik, alarm aktif. Tapi yang kerap terjadi adalah seat belt malah diganjal supaya tidak berbunyi. Ini kreatif yang membunuh. Mohon jangan memakai alat ini. Contoh yang lebih canggih, GPS truk ketika menunjukkan deviasi, alarm di command centre akan berbunyi. Teknologi yang biasa dipakai oleh truk pembawa uang tunai. Hal ini biasa juga diterapkan oleh orangtua yang ingin memantau pantau anaknya ketika berangkat atau pulang sekolah pakai ojol, bisa tracking kemana ojeknya bergerak secara real time." jelasnya.
"Pada kendaraan darat truk masih pakai kenek, pakai catatan kerja-istirahat, memakai laporan per jam via smartphone, GPS, ceklis keadaan darurat, autolock, dan banyak sekali yang kita gabungkan. Sehari-hari kita sudah praktekkan, hanya saja karena terlalu familiar, kadang tidak tahu fungsi dasarnya apa. Kenapa kok seat belt harus dipasang, kenapa kalau tidak dipasang alarm bunyi. Hal-hal seperti itu menjadi biasa dan menjadi tidak aware," kata Renan menyayangkan hal itu.
"Perihal HF ini memang masalah tapi tidak bisa kita hindari. Oleh karenanya, kita harus bisa mengatur dengan baik. Jangan ketika HF muncul, lalu rekan di lapangan dikambinghitamkan. Mari kita temu kenali HF di sekitar kita dan atur mitigasi," pungkas Renan.
Editor: Sigit Foto: Truckmagz