Pengemudi adalah aset perusahaan yang berperan dalam meningkatkan ekonomi di semua aspek. Namun di sisi lain kecelakaan yang melibatkan angkutan barang masih sering terjadi. Banyak faktor yang menjadi penyebab truk kecelakaan. Tetapi menurut data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dominan adalah human factor. Kurangnye pengetahuan pengemudi mengenai kendaraan dan inspeksi awal kendaraan sebelum berangkat masih sering ditinggalkan.iRTS Training and Consulting mengadakan webinar dengan tema ‘Road Transport Safety Management” yang menghadirkan Muhammad Aamir, Distribution and Customer Service Safety Manager regional Asean, Linde PLC dan Rudy Novianto Head of Operation iRTS traning and consulting pada Sabtu (12/3).
Dalam paparannya Aamir menjelaskan mengenai kecelekaan di jalan raya yang disebabkan human error. “Kebanyakan kecelakaan di jalan raya memiliki kecenderungan memakan korban, bahkan memiliki fatalitas yang berbeda tergantung dari kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi pengemudi. Kecelakaan bisa terjadi karena human error, kurangnya perawatan kendaraan dan inspeksi hingga minimnya traning,” bukanya.
“Key point dari sisi pengemudi, pertama adalah seleksi dan training. Jika perusahaan perlu merekrut pengemudi yang baik dalam arti mereka berpengalaman, usia produktif, memiliki pengalaman berkerja yang baik di perusahaan sebelumnya hingga jumlah kecelakaan dalam 5 tahun kebelakang yang minim. Informasi seperti ini sangat penting jika untuk menggali pengemudi yang baik maka akan lebih mudah merubah perilaku dan kebiasaannya. Jika merekrut orang yang salah, maka tentu akan sulit mengatur itu semuannya,” tambahnya.
Tahap berikutnya setelah selesai dengan training adalah jam kerja. “Perusahaan perlu memeriksa ke dalam sistem perusahaan berapa lama pengemudi bekerja dalam satu hari dan bagaimana memonitor itu. Berapa lama pengemudi istirahat? Sehingga di hari berikutnya bisa bekerja dengan tenaga yang fresh. Faktor penentu berikutnya adalah kendaraan atau teknologi. Saya tegaskan, bukan dengan membeli kendaraan canggih atau teknologi modern, kecelakaan bisa dihentikan, tetapi pengemudi menjadi bagian penting. Jadi bagaimana kita mengatur sistem, kendaraan dan pengemudi. Dengan pengemudi yang difensif, kendaraan dan sistem yang baik maka keselamatan akan terwujud.
Rudy juga meyoroti mengenai pengemudi khususnya kemampuan dasar berkendara. “Kami memiliki Road Traffic Safety Anticipation Program yang bisa mendorong pengemudi mengedepankan keselamatan berkendara. Pertama adalah visible visual range yakni jarak pandang yang terbaca terlihat oleh pengemudi. Ini akan sangat berpengaruh pada kondisi jalan tapi tetap mengusahakan melihat sejauh mungkin untuk membaca situasi jalan. Maka diperlukan traffic situation analysis, saat bisa melihat juga bisa membaca ada apa di sekeliling kendaraan kita. Sehingga dari kondisi apa yang ada di depan kita, bisa melakukan analisis untuk merespon keadaan yang bisa saja terjadi mendadak,” katanya.
“Respon akan situasi inilah traffic interaction disaat sedang melihat sesuatu di jalan sehingga bisa berpikir apa yang akan terjadi bagiamana antisipasinya dan berinteraksi dengan kendaraan lain. Maka dari itu, penting kita menciptakan situational awareness. Artinya mengetahui apa yang sedang terjadi lalu memilih tindakan dan bagaimana solusi dari permasalahan saat itu. Itu yang meningkatkan pola antisipasi kita,” tambahnya.
Editor : Sigit
Foto : truckmagz