Prospek ekonomi Indonesia ke depannya semakin memberikan optimisme, meski perkembangan ekonomi global masih dihadapkan kepada berbagai dinamika yang berpotensi menghambat pemulihan. Indikator perekonomian Indonesia diproyeksikan masih menguat dengan peluang resesi yang lebih kecil jika dibandingkan negara lain.
Hal tersebut memberikan keyakinan akan keberlanjutan pemulihan ekonomi Indonesia setelah pandemi. Indonesia mempunyai bekal baik yakni pada Kuartal I-2022 pertumbuhan ekonomi mampu menyentuh angka 5,01%. Pada sisi konsumsi, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) serta penjualan ritel terus tumbuh sehingga mampu menjadi insentif bagi industri untuk terus meningkatkan produksi. Hal ini juga tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) yang terus mencatatkan ekspansi selama 11 bulan beruntun. Di saat bersamaan, di tengah kenaikan inflasi global, inflasi Indonesia per Juli 2022 sebesar 4,94%, dan ini relatif terkendali jika dibandingkan negara lainnya seperti Jerman yang mengalami inflasi sebesar 7,5% atau Prancis sebesar 6,1%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa berbagai prospek baik tersebut membuat Pemerintah tetap optimis bahwa di tahun 2022 ini perekonomian dapat tumbuh sebesar 5,2% (yoy). “Pemulihan tersebut didorong oleh sinergi kesehatan dan kebijakan ekonomi yang mampu mendorong peningkatan konsumsi, investasi, dan ekspor,” jelas Menko Airlangga dalam Webinar Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022 bertajuk Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Global Pasca Pandemi, Selasa (2/8).
Tidak bisa dipungkiri Kondisi perekonomian global tengah menghadapi gejolak akibat perang Rusia vs Ukraina dan stagflasi. Semua harga komoditas mengalami kenaikan. “Hampir semua semua komoditas bertengger di atas indeks 100 jika dibandingkan dengan benchmark pada 2019. Komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain pupuk, energi, metal, hingga produk pertanian. Biaya logistik dan ketersediaan komoditas membuat harga-harga melonjak. Per Juli 2022, indeks WCI dunia sebesar US$7.050,94 per kontainer 50 kaki, tetapi nlai ini masih 8 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,” tambahnya
Berbagai strategi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan yakni antara lain menyederhanakan regulasi melalui Omnibus Law UU Cipta Kerja, menciptakan nilai tambah melalui hilirisasi komoditas, meningkatkan proses digitalisasi, mendorong ekonomi hijau, memberantas kemiskinan ekstrem, dan mengoptimalkan fungsi INA,” kata Menko Airlangga.
Untuk meningkatkan nilai tambah komoditas unggulan, Pemerintah terus menggalakkan pembangunan industri hilir, seperti implementasi pembangunan industri baterai untuk kendaraan listrik. “Harapannya pada akhir dekade ini, Indonesia mampu menjadi pusat manufaktur regional untuk kendaraan listrik di Asia Tenggara,” pungkas Menko Airlangga.
Editor : Sigit
Foto : Kemenko Ekon