Modifikasi klakson pada bus dan truk untuk menghasilkan suara khas yang disebut "telolet" telah menjadi fenomena populer. Namun, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai bahwa modifikasi ini berisiko tinggi dan dapat menyebabkan rem blong. Klakson telolet dihasilkan melalui penggunaan tekanan udara dari sistem pengereman, yang mengurangi suplai udara yang diperlukan untuk fungsi rem yang optimal.
KNKT telah mengidentifikasi bahwa klakson telolet telah menjadi penyebab berbagai kecelakaan di Indonesia. Akibatnya, KNKT merekomendasikan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk melarang penggunaan klakson telolet pada truk dan bus.
Kepala Sub Komite Investigasi Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, mengatakan, "KNKT telah menginvestigasi tiga kasus kecelakaan yang disebabkan oleh kegagalan rem akibat penggunaan klakson telolet. Dalam salah satu kasus di Cibubur, kebocoran pada solenoid valve menyebabkan tekanan udara berkurang di bawah ambang batas yang diperlukan untuk pengereman. Hal ini mengakibatkan pengemudi kehilangan kemampuan untuk mengerem," jelas Wildan pada webinar belum lama ini.
Wildan menjelaskan bahwa modifikasi klakson telolet melibatkan penggunaan komponen tambahan yang sering kali tidak dipasang dengan benar. Kebocoran pada instalasi ini dapat menyebabkan keluarnya udara tekan dari tabung, sehingga mengganggu kinerja sistem pengereman.
KNKT telah merekomendasikan agar penggunaan klakson telolet dilarang sampai Kemenhub dapat merancang desain yang aman. Wildan menegaskan bahwa sebelum ada desain yang aman, semua penggunaan klakson telolet harus dilarang.
Selain itu, KNKT juga meminta agar Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ketentuan tersebut melalui pengujian kendaraan bermotor dan pembinaan kepada asosiasi transportir kendaraan barang dan penumpang.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan risiko kecelakaan akibat kegagalan pengereman yang disebabkan oleh klakson telolet dapat diminimalkan, sehingga keselamatan di jalan raya dapat ditingkatkan.
Editor: Sigit Foto: Truckmagz
