• Truckmagz

Menhub Mendorong Optimalisasi Tol Laut untuk UMKM

10 / 02 / 2022 - in Berita
Menhub Mendorong Optimalisasi Tol Laut untuk UMKM

Indonesia sebagai negara kepulauan didominasi oleh tujuh provinsi kepulauan yang terdiri dari banyak pulau kecil. Transportasi laut sebagai moda yang memegang peranan kunci dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana kebutuhan akan pengangkutan laut juga menjadi sangat penting.

Program Tol Laut bertujuan untuk menunjang pendistribusian barang dan pengembangan ekonomi di daerah terpencil dan meningkatkan konektivitas antar wilayah. Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat tercipta kelancaran dan pemerataan distribusi barang hingga ke pelosok sebagai upaya menurunkan disparitas harga antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan kapal tol laut. Hal tersebut disampaikan pada Webinar & Business Forum bertajuk ‘Kemudahan Distribusi Logistik Melalui Tol Laut dalam Mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)’ yang digelar secara daring, Kamis (10/2).

“Pemerintah memberikan stimulus berupa potongan biaya angkut sebesar 50 persen dari biaya angkutan muatan berangkat, sehingga biaya untuk muatan balik kapal tol laut biayanya bisa lebih rendah lagi. Stimulus ini bukan saja menjadi penyeimbang sistem pembiayaan logistik, namun juga penting untuk mendorong geliat pertumbuhan perekonomian di daerah,” kata Menhub Budi.

Kemenhub akan terus mensosialisasikan kemudahan-kemudahan angkutan distribusi barang kepada para pelaku usaha agar bisa memanfaatkannya. “Salah satu tantangan bagi para pelaku usaha lokal salah satunya adalah distribusi logistik yang masih dianggap sulit dan mahal. Kemudahan lainnya dari program tol laut adalah pemesanan dan pelacakan pengiriman barang dan untuk memantau disparitas harga antar wilayah di Indonesia. Melalui aplikasi digital SiTolaut, pergerakan barang bisa dipantau,” tambahnya.

Hadir sebagai narasumber, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Capt. Mugen S. Sartoto menjelaskan nilai efisiensi dari pengangkutan barang melalui jalur laut. “Mengacu pada data Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Bahwa dari seluruh biaya transportasi laut domestik, 70% pengeluaran perusahaan pelayaran ada di bagian darat seperti tarif pelabuhan, pergudangan, truk pengangkut, baru sisanya sekitar 30% untuk perjalanan laut. Itu jika dihitung dari pelabuhan tolak ke pelabuhan tiba, jadi kecil sebenarnya. Biaya yang besar adalah barang dari supplier ke shipper lalu sampai di pelabuhan. Di sini baru di handling oleh pelabuhan. Sampai situ biaya yang ditanggung transportasi laut. Barang naik kapal, hingga nanti barang tiba di pelabuhan tujuan. Jadi sebenarnya angkutan melalui laut ini biaya kecil karena komponennya hanya bahan bakar kapal, gaji crew kapal dan pembiayaan perawatan kapal. Keunggulan muatan melalui jalur laut adalah volume yang paling besar,” terang Capt. Mugen.

“Dalam rapat koordinasi kami menemukan bahwa salah satu penyebab tidak efisiennya tol laut adalah waktu singgah kapal yang terlalu lama . Ini disebabkan karena fasiltas pelabuhan dan culture buruh bongkar muat. Ini perlu menjadi concern kita bersama. Jangan sampai kapal tol laut dengan kontainer ini stay terlalu lama. Jika port stay semakin lama, jadwal menjadi terlambat dan konsumen menjadi tidak percaya. Bahkan nanti UMKM pun akan kecewa. Jadi jangan karena transportasi laut mendapatkan subsidi lalu tidak mengoptimalkan atau menjaga kualitas layanan dari trayek tol laut,” tegas Capt. Mugen.

Pelayanan angkutan tol laut di seluruh Indonesia membutuhkan waktu perjalanan yang lama, sehingga beberapa wilayah sulit di jangkau khususnya pada wilayah Indonesia Timur. Melalui pendekatan teori hub and spoke, desain rute pasangan hub and spoke dapat memberikan layanan optimum dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan pengumpul agar dapat mendistribusikan barang ke daerah yang tidak dilayani oleh angkutan barang. Sehingga rute tersebut menjadi rute terbaik dan juga menghasilkan biaya yang paling efisien dimana dapat menekan biaya operasional kapal, biaya pengiriman dengan mempertimbangkan muatan yang dibawa kapal, harga bahan bakar, dan biaya kontainer.

“Kami sedang mencoba hub and spoke di Indonesia Barat. Misalnya kapal berangkat dari pelabuhan di Pulai Jawa lalu sampai di Pelabuhan Teluk Bayur . Setelah sampai disana barang disalurkan ke dengan kapal kecil untuk diedarkan ke kepulauan sekitarnya. Kami sedang simulasi untuk jalur lain. Jika dulu menggunakan tiga kapal di satu area , kini cukup dengan dua kapal, meskipun untuk pelabuhan transipment ada biaya ekstra, ini sedang kami kaji,” kata Capt. Mugen.

Editor : Sigit

Foto : youtube



Sponsors