• Truckmagz

Mahalnya Ocean Freight, Pengusaha Minta Solusi ke Pemerintah

26 / 01 / 2022 - in Berita
Mahalnya Ocean Freight, Pengusaha Minta Solusi ke Pemerintah

Dari data Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), tarif ocean freight rate pada bulan November 2021 kurang lebih 60% dari nilai barang yang di kirim. Untuk barang tertentu bisa mencapai 100% dari nilai barang di mana ini sangat mempengaruhi cashflow perusahaan.

Menyoal mahalnya freight ocean, Hengky Pratoko, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALFI) Jatim memahami akan hal itu. “Kondisi seperti ini bisa membuat pihak shipping line internasional mendapatkan kesempatan untuk mengambil untung besar-besaran. Semua serba rumit sejak pandemi global, termasuk jasa pelayaran dan logistik. Ini pada akhirnya menyebabkan perdagangan internasional jadi tidak stabil,” buka Hengky di kantornya Selasa(25/1).

“Kita akhirnya menerima dampak pada satu policy yang mungkin shipping line internasional seperti slow down untuk menarik empty kontainer ke wilayah Asia. Artinya stok kontainer di pasar Asia dibuat kosong. Kami rasa perlu dukungan pemerintah disini. Dan harus dimaksimalkan. Pemerintah perlu ikut unruk maju ke forum internasional. Jika negara merasa sebagai korban dari kondisi ini, saya rasa fine saja untuk maju dan bersuara. Jadi korban dari pemaksaan kehendak dengan pembelian yang maunya pembeli. Harusnya kan bereaksi ya?” tambah Hengky.

“Saya ambil contoh Thailand dan China, mereka mulau berani menanyakan kondisi bahkan sampai ketersediaan kontainer dan kapal ke shipping line besar. Karena jika tidak ada sentuhan pemerintah, kasihan masyarakat eksportir. Dan menurut saya prosesnya bisa lama jika tidak ada campur tangan pemerintah. Jika bisa diselesaikan maka membuat konsorsium dengan pemerintah negara tujuan. Jika ini dibiarkan berlarut-larut ya sampai 2024 ya ,bisa banyak korban dan kerugian. Saya coba memahami posisi pemerintah, mungkin sulit untuk berkoordinasi ya. Semestinya tidak sulit , karena Indonesia volume kontainernya cukup baik di perdagangan dunia,” terang Hengky.

“Akan terjadi pembiaran ini jika tidak ada langkah kolektif. Biasa pada kondisi norman 2 kontainer itu US$ 4000 untuk tujuan ke Eropa. Jika kami forwarder diminta bayar dulu kami masih mampu. Sekarang misalnya US$ 10000 per kontainer , kan naik banyak. Untuk kami ini sangat berat. Keuntungannya di tingkat lokal, tidak bisa di lift up supaya jadi naik. Tapi pembiayaannya luar biasa. Jadi kira kira kirim 2 kontainer US$ 20000 jika dirupiahkan sekitar Rp 300an juta rupiah. Mana mungkin seperti ini tidak menjadi perhatian pemerintah?” tanyanya.

Editor : Sigit

Foto : Truckmagz



Sponsors