• Truckmagz

KRL Jogja-Solo, Pilot Project Elektrifikasi KA di Pulau Jawa

07 / 03 / 2022 - in Berita
KRL Jogja-Solo, Pilot Project Elektrifikasi KA di Pulau Jawa

Sudah satu tahun beroperasi Kereta Rel Listrik (KRL) Jogja-Solo dan melayani sekitar 2 juta pergerakan penumpang di kawasan aglomerasi Solo – Yogyakarta. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam Webinar memperingati 1 tahun pelayanan KRL Solo-Jogja bertema “Makin Cepat, Makin Dekat, Makin Erat” yang diselenggarakan PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI), pada Jumat (4/3).

Menhub Budi mengatakan, pada 1 Maret 2021 lalu, merupakan bagian dari upaya pemerintah melalui Kemenhub untuk membangun transportasi masa depan dan berkelanjutan, “Kehadiran KRL ini akan berkontribusi pada pengurangan angka konsumsi BBM hingga 51,7% dan kita berharap tingkat peralihan minat masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi ke KRL mencapai 50%,” jelas Menhub.

Menhub berharap, jalur KRL dapat terus diperpanjang agar dapat semakin banyak daerah yang dilayani dan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah yang dilalui. Tidak hanya di Jawa, pengembagnan KRL juga akan terus dilakukan di luar pulau Jawa seperti di Sumatera dan daerah lainnya.

Kehadiran KRL Solo-Jogja yang menggantikan Kereta Rel Diesel Prambanan Ekspress (KRD Prameks) ini juga merupakan komitmen pemerintah untuk terus mendukung industri dalam negeri agar dapat terus meningkatkan daya saingnya dengan produk luar negeri.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri yang hadir sebagai narasumber menyampaikan apresiasinya terhadap operasional KRL Yogya-Solo selama satu tahun sejak diresmikan. Menurutnya, capaian okupansi penumpang selama pandemi dirasa cukup baik meski sempat mengalami kontraksi akibat pembatasan aktivitas.

“Jumlah penumpang yang melebihi dua juta penumpang dalam setahun pengoperasian, menunjukkan antusiasme warga kawasan aglomerasi Yogya-Solo dalam memanfaatkan KRL ini meski di tengah pandemi,” ucap Zulfikri.

Lebih lanjut, Zulfikri menegaskan kehadiran KRL Yogya-Solo berperan penting sebagai wujud komitmen pembangunan transportasi berkelanjutan. “Pemanfaatan kereta api sebagai angkutan umum massal memiliki karakteristik tersendiri terkait sifatnya yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar, terlebih KRL seperti yang ada di Yogya-Solo ini,” tambahnya.

Selain dianggap lebih ramah lingkungan, pembangunan elektrifikasi jalur kereta api dan pengoperasian KRL Yogya-Solo dinilai menjadi solusi terhadap kepadatan jalan raya. “Pemerintah merasa perlu menghadirkan moda transportasi kereta api seperti KRL Yogya-Solo mengingat sifatnya yang lebih efisien terhadap penggunaan ruang dengan daya angkut tinggi,” terang Zulfikri.

Dalam paparannya, Zulfikri menegaskan kembali komitmen Pemerintah terkait pengembangan jaringan kereta api, khususnya di Provinsi Jawa Tengah. Zulfikri menjelaskan, saat ini sudah banyak jaringan kereta api yang tersambung di kawasan ini, baik untuk angkutan kereta api perkotaan maupun antarkota.

“Kami juga akan terus mengembangkan integrasi antar dan intermoda di stasiun-stasiun kereta api agar masyarakat dapat lebih mudah dalam berganti moda transportasi,” lanjut Zulfikri.

Konsep Transit Oriented Development (TOD) juga dijelaskan oleh Zulfikri sebagai salah satu strategi yang akan diterapkan dalam ekspansi stasiun di kawasan Solo Raya. “Nantinya baik pengembang maupun masyarakat sekitar dapat membangun dan memanfaatkan stasiun sebagai pusat kegiatan seperti stasiun TOD di kota-kota besar. Pemerintah juga akan mendorong pembangunan KRL atau elektrifikasi kereta api hingga ke seluruh wilayah Pulau Jawa,” tutur Zulfikri.

Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo bahwa pembangunan ekosistem transportasi harus disertai integrasi agar pelanggan lebih mudah mengakses layanan yang dibutuhkan. “Kami bersama pemerintah di Jakarta juga melakukan integrasi stasiun-stasiun kereta api dan mengakomodasi moda-moda transportasi yang lain. Bahkan, kami sudah melakukan dua kali penataan stasiun,” jelasnya.

Pada tahap pertama, PT KAI dan pemerintah di Jakarta mengintegrasikan empat stasiun sekaligus, yakni Tanah Abang, Pasar Senen, Juanda, dan Sudirman. “Lima stasiun berikutnya ada Stasiun Palmerah, Tebet, Gondangdia, Manggarai, dan Jakarta Kota. Sementara yang tengah direncanakan untuk diintegrasikan adalah Jatinegara, Matraman, Cawang, Grogol,” terangnya.

Salah satu manfaat dari integrasi antarmoda adalah mempermudah masyarakat sampai ke stasiun tepat waktu. “Jika sudah terintegrasi, calon penumpang KRL tentu akan mudah menemukan kendaraan yang dapat mengantarnya dengan lancar ke stasiun. Saat ini tahap menyelesaikan lintas Bandung Raya dengan double track. Kedepannya, akan menuju ke Surabaya Raya. Ini adalah kira-kira arah pembangunan KRL ke depan,” tuturnya.

Editor : Sigit

Foto : KAI



Sponsors