• Truckmagz

Kecerdasan Emosional Versus Perilaku Berkendara

26 / 04 / 2024 - in Berita
Kecerdasan Emosional Versus Perilaku Berkendara

Berkendara di jalan raya memang membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang prima. Orang berkendara menggunakan kendaraan pribadi bermacam-macam tujuan dan keperluan.

Dengaen keperluan dan tujuan masing pengendara terburu-buru di jalan raya dan menimbulkan stres pengendara lain. Salah satu bentuk kecerdasan emosional adalah mampu mengenali suasana hati hati, emosi dan perasaan. Demikian kalimat pembuka yang disampaikan Eko Reksodipuro, Director Training & Campaign Indonesia Road Safety Partnership (IRSP) dalam diskusi kulgram di kanal Telegram Truckmagz.

"Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengelola emosi dengan cara yang positif untuk menghilangkan stres, berkomunikasi secara efektif, berempati dengan orang lain, mengatasi tantangan, dan meredakan konflik. Ini sangat berpengaruh terhadap apa yang dirasakan, berpikir, dan bertindak atau berperilaku. Kecerdasan Emosional jufa mempengaruhi: kinerja, kesehatan fisik dan mental, hubungan antar sosial," katanya.

"Berikut tips untuk meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) yaitu identifikasi stres, hilangkan cara yang tidak sehat untuk mengatasi stres, terhubung dengan orang lain, manfaatkan waktu bersenang-senang dan bersantai, kelola waktu dengan lebih baik dan jaga keseimbangan dengan hidup sehat atau dengan kata lain adalah: Berdamai dengan apa yang ada, lakukan yang bisa dan perlu untuk dilakukan bukan yang ingin dilakukan," ucap Eko

Meskipun konsep kecerdasan emosi sulit untuk diukur akan tetapi beberapa teori mengatakan bahwa dengan memiliki kecerdasan emosi matang, maka seseorang dapat bertindak mawas diri dimana pun mereka berada. Hal ini juga termasuk dalam mengatur emosi dalam kondisi stres. Orang dengan kecerdasan emosi yang matang tentunya mampu mengelola sumber stres dengan tepat dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Pengendara dapat menentukan sikapnya untuk tetap tenang dalam mengatur emosi ketika berkendara. Hal yang tidak kalah penting adalah membuat diri rileks, dan berpikir panjang bahwa agresi, arogansi, maupun segala perilaku yang dapat merugikan orang lain sepatutnya tidak dilakukan.

Eko melanjutkan, "Terkait kondisi lalu lintas yang ada di negara kita, tekanan sosial dan lingkungan terlalu tinggi, untuk selamat di jalan raya yang terpenting adal EQ, skill cukup yang dasar saja, tidak perlu ahli, karena seorang yang ahli pun masih memungkinkan terlibat didalam kecelakaan lalu lintas," katanya.

"Oleh karena itu, kita tidak bisa serta merta menyalah kan faktor manusia sebagai penyebab tunggal fatalitas kecelakaan, masih banyak faktor yang menjadi pemicu strea akibat tidak bisa mengatasi tekanan yang ada. Penilaian masyarakat juga salah satu pemicu stres dan depresi, macet dan lain sebagainya pada dasarnya faktor penambah bukan penyebab utama," pungkas Eko.

Editor: Sigit Foto: trukcmagz



Sponsors