• Truckmagz

Investigasi KNKT Perihal Kecelakaan Maut Truk Pertamina di Cibubur

19 / 10 / 2022 - in Berita
Investigasi KNKT Perihal Kecelakaan Maut Truk Pertamina di Cibubur

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil investigasi kecelakaan maut truk tangki Pertamina di Cibubur. Plt Ketua Sub Komite Moda Investigasi LLAJ KNKT Ahmad Wildan menjabarkan kecelakaan yang terjadi di Jalan Transyogi itu bukan disebabkan struktur jalan.

Pada konfrensi pers di kantor KNKT, Selasaa (18/10), Wildan mengatakan Jalan Transyogi adalah jalur yang termasuk kolektor primer. Kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan lokal. Adapun jalur itu sedang dalam masa transisi pembinaan dari pemeritah daerah ke pemerintah pusat.

“Jalan Transyogi adalah termasuk dalam jenjang kolektor primer tertinggi, yaitu kolektor primer 1 yang memiliki peran menghubungkan antar ibukota provinsi,” katanya.

Wildan melanjutkan, jalan kolektor primer merupakan jalur yang didesain untuk kecepatan tinggi. Kecepatan paling rendah adalah 40 kilometer per jam (kpj) untuk jenjang terendah dengan lebar minimal 9 meter.

Mengenai faktor geometris jalan, penampang melintang telah dianalisis untuk mengidentifikasi kecelakaan tabrak depan atau tabrak belakang. Dari hasil investigasi, Jalan Transyogi memiliki enam lajur yang dipisahkan dengan median.

“Ini sangat ideal, artinya jalan ini sesuai regulasinya, tidak ada masalah. Risiko tabrak depan depan dan tabrak depan belakang bisa diminimalisasi,” imbuh.

Sedangkan dari sisi alinyemen vertikal, kemiringan lereng atau slope maksimal adalah 7 persen dengan panjang landai kritis 300 meter. Wildan menyebutkan terdapat perbedaan tinggi 20 meter pada jarak 1 kilometer. Desain kemiringan di Jalan Transyogi telah memenuhi standar.

Perihal desain alinyemen vertikal, risiko terjadinya gagal menanjak dan gagal pengereman pada kendaraan besar dapat ditekan. Artinya, desain jalan masih sesuai dengan regulasi.

“Dari dua hal ini kita melihat risiko tabrak depan belakang risiko kegagalan pengeremean dan gagal menanjak sebetulnya sangat kecil sekali. Sebab, jalan ini sudah sesuai regulasi internasional maupun nasional,” kata Wildan.

Selanjutnya, dari sisi alinyemen horizontal, Jalan Transyogi memiliki struktur yang ideal. Menurut Wildan, jalan ini tidak memiliki tikungan patah maupun tikungan ganda sehingga risiko terguling, terbanting atau oversteer bahkan understeer dapat dihindari.

“Secara umum kami menyatakan Jalan Transyogi secara geometrik jalan desainya regulating road. Risiko terpaparnya kendaraan karena terpengaruh geometrik jalan sangat kecil sekali,” terang Wildan.

Ketika terjadi kecelakaan pada hari itu tidak ditemukan adanya jejak pengereman atau skidmark. Hal ini sesuai dengan wawancara KNKT dari kesaksian pengemudi yang sudah menyatakan adanya masalah pada rem kendaraannya.

“KNKT juga mencermati keberadaan rambu yang bercampur dengan iklan atau reklame di sepanjang jalan,” tutur dia.

Tercampurnya reklame iklan dan rambu di Jalan Transyogi ini dianggap dapat mengganggu pengemudi. Pengemudi bahkan dpat mengabaikan informasi yang disampaikan oleh rambu dimaksud karena terlalu banyak informasi yang diterima oleh pengemudi di sisi jalan.

“Kondisi ini merupakan hazard dan bisa menurunkan kewaspadaan pengemudi dan bahaya lainnya,” ujarnya.

Editor : Sigit

Foto: KNKT



Sponsors