Baru saja mereda kasus kelangkaan minyak goreng di seluruh Indonesia, sejak beberapa hari belakangan beberapa daerah mulai mengalami kelangkaan BBM jenis Biosolar.
Berawal dari Pulau Sumatera kemudian Kalimantan dan Sulawesi, terakhir ke Pulau Jawa, terutama di bagian timur pulau Jawa mulai terjadi antrian panjang Biosolar yang mengakibatkan kemacetan di jalan serta keterlambatan pengiriman barang.
Mengomentari video adanya kelangkaan Biosolar, Direktur Bahan Bakar Minyak BPH Migas Patuan Alfons Simanjuntak menyebutkan stok Biosolar saat ini cukup untuk 21 hari kedepan.
Bambang Widjanarko, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia ( APTRINDO ) Jateng & DIY angkat bicara mengenai kondisi tersebut, “Tapi kenyataan di lapangan ada kekurangan pasokan Biosolar, berarti kan ada sistem yang salah dalam pendistribusiannya. Nah kenapa ada kesalahan dan pembelaan seperti ini terulang dari waktu ke waktu, seolah tidak ada upaya untuk memperbaikinya,” tegasnya.
“Jika stok biosolar memenuhi, mengapa harus selalu terjadi kekisruhan dan ada pembatasan penjualan Biosolar…?. Jika cukup untuk 21 hari kedepan sebenarnya sangat menyakitkan bagi orang yang sedang kesulitan mengantri. Jika barangnya ada mengapa barangnya sulit dicari. Apa ada praktik penimbunan biosolar?” tanyanya.
Pengemudi truk sering mengalami kesulitan jika pembelian biosolar dibatasi, karena trayek truk adalah antar kota antar provinsi (AKAP) atau bahkan antar pulau.
“Karena kendala distribusi dari BPH MIGAS dalam mengatur pengiriman Biosolar ini, SPBU sebagai pelaksana penjualan, sering mendapatkan komplain dan caci maki dari para pembeli yang tidak puas dengan pembatasan penjualan biosolar. SPBU terpaksa menerapakan pembatasan dalam rangka menciptakan keadilan sosial bagi seluruh pembelinya,” kata Bambang.
Editor : Sigit
Foto : truckmagz